maaf...aku sedang berbela sungkawa terhadap keterusteranganku
bahwa aku ingin mencintaimu dengan nafsuku
haruskah ku tulis keterusteranganku ini dengan syair atau puisi
agar lebih menyentuh hatimu, karena katanya puisi akan lebih menyentuh imajimu yang terlanjur dewasa itu
aku tak sanggup berbicara akhlak, kesucian, dan bahkan kegaiban untuk mencintaimu dengan tulus
karena maharku cuma nafsu
cintaku adalah nafsuku
nafsuku menghilang cintaku pun ikut menghilang
cintaku adalah anak-anak
anak-anak mencintai keindahan dan fantasi nafsu